Fatimah az zahra
Fatimah az Zahrah, si cantik yang sangat mirip dengan ayahnya,
baik roman muka maupun dalam kebiasaan yang shalih. Fatimah az Zahrah merupakan
anak keempat Nabi Muhammad Saw atas
pernikahan beliau dengan Siti Khadijah. Fatimah mempunyai pembawaan yang tenang
dan perangai yang melankolis. Badannya yang lemah, dan kesehatannya yang buruk
menyebabkan ia terpisah dari kumpulan dan permainan anak-anak. Ajaran,
bimbingan, dan aspirasi ayahnya yang agung membawanya menjadi wanita berbudi
tinggi, ramah-tamah, simpatik, dan tahu mana yang benar.
Suatu hari di Madinah ketika Nabi Muhammad berada di masjid
sedang dikelilingi sahabat, tiba-tiba anaknya tercinta Fatimah az Zahra yang
pada saat itu telah menikah dengan Ali datang kepada Nabi. Dia meminta dengan
sangat kepada ayahnya untuk dapat meminjam seorang pelayan yang dapat
membantunya dalam melaksanakan tugas pekerjaan rumah. Dengan tubuhnya yang
kecil dan kesehatannya yang buruk, dia tidak dapat melaksanakan tugas
menggiling jagung dan mengambil air dari sumur yang jauh letaknya, disamping
juga harus merawat anak-anaknya.
Nabi tampak terharu mendengar permohonan si anak, beliau menjadi
gugup dengan menekan perasaan, beliau
berkata, “ Anakku tersayang, aku tak dapat meluangkan seorang pun diantara
mereka yang terlibat dalam pengabdian ~Ashab
al-Suffa~ , sudah semestinya kau dapat menanggung segala hal yang berat
didunia ini, agar kau mendapat pahalanya di akhirat nanti”. Fatimah
mengundurkan diri dengan rasa yang amat puas karena jawaban Nabi, dan dia tidak
pernah lagi mencari pelayan selama hidupnya.
Pasangan suami istri Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az Zahra
memang sangat terkenal dermawan dan shalih. Fatimah dianugerahi 5 orang anak yang terdiri dari 3
putra dan 2 putri. Mereka tidak pernah membiarkan pengemis melangkah pintunya
tanpa memberikan apa saja yang mereka miliki, meskipun mereka sendiri masih
lapar. Suatu ketika Salman sahabat Nabi membawa orang yang baru masuk Islam
untuk mengunjungi beberapa rumah, tetapi tidak seorang pun yang dapat
memberinya makan, karena waktu itu bukan waktu orang makan. Akhirnya Salman
pergi ke rumah Fatimah. Salman memberitahu maksud kunjungannya. Dengan air mata
berlinang, putri Nabi mengatakan bahwa dirumahnya tidak ada makanan sejak 3
hari yang lalu, namun putri Nabi tersebut enggan menolak seorang tamu, kemudian
Fatimah berkata, “ Saya tidak dapat menolak seorang tamu yang lapar tanpa
memberinya makan sampai kenyang”. Fatimah lalu memberi kain kerudung kepada
Salman, dengan permintaan agar Salman membawanya ke Shamoon, seorang Yahudi
untuk ditukar dengan gandum. Akhirnya Salman kembali ke rumah Fatimah dengan
membawa gandum ditangannya. Fatimah menggiling gandum itu sendiri dan
membakarnya menjadi roti. Salman menyarankan agar Fatimah menyisihkan beberapa
buah roti untuk anak-anaknya yang kelaparan, tapi Fatimah menjawab bahwa
dirinya tidak berhak untuk berbuat demikian, karena ia telah memberikan kain
kerudungnya itu untuk kepentingan Allah.
Kelembutan
hati, keteladanan Fatimah memang sangat mirip sekali dengan ayahnya. Sebagai
anak yang Shalihah, Fatimah merawat luka Nabi sepulang dari Perang Uhud.
Fatimah juga ikut bersama Nabi ketika merebut Makkah, begitu juga ketika Nabi melaksanakan
Haji Waqad, pada akhir tahun 11 Hijrah. Dalam
perjalanan haji terakhir ini Nabi jatuh sakit. Fatimah tetap mendampingi beliau
disisi tempat tidur. Ketika Nabi membisikkan sesuatu pada telinga Fatimah,
Fatimah menangis, dan kemudian Nabi membisikkan seauatu lagi yang membuat Fatimah
tersenyum. Setelah Nabi wafat, Fatimah menceritakan kepada Aisyah, ayahnya
membisikkan berita kematiannya, itulah yang menyebabkan Fatimah menangis, tapi
ketika Nabi mengatakan bahwa Fatimahlah orang pertama yang berkumpul dengannya
di alam baka, maka Fatimah menjadi bahagia dan itulah yang membuatnya
tersenyum.
Tidak lama setelah Nabi wafat, Fatimah meninggal dunia dalam
tahun itu juga, yakni enam bulan setelah Nabi wafat. Fatimah meninggal dunia
dalam usia 28 tahun dan dimakamkan oleh Ali di Jaatul Baqih ( Madinah). Fatimah
menjadi symbol segala yang suci dalam diri wanita dan pada konsepsi manusia
yang paling mulia. Nabi sendiri menyatakan bahwa Fatimah akan menjadi “ Ratu
segenap wanita yang berada di Surga”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar