Minggu, 12 April 2015








Fatimah az zahra
Salah satu teladan menjadi wanita shalihah
Fatimah az Zahrah, si cantik yang sangat mirip dengan ayahnya, baik roman muka maupun dalam kebiasaan yang shalih. Fatimah az Zahrah merupakan anak keempat  Nabi Muhammad Saw atas pernikahan beliau dengan Siti Khadijah. Fatimah mempunyai pembawaan yang tenang dan perangai yang melankolis. Badannya yang lemah, dan kesehatannya yang buruk menyebabkan ia terpisah dari kumpulan dan permainan anak-anak. Ajaran, bimbingan, dan aspirasi ayahnya yang agung membawanya menjadi wanita berbudi tinggi, ramah-tamah, simpatik, dan tahu mana yang benar.
Suatu hari di Madinah ketika Nabi Muhammad berada di masjid sedang dikelilingi sahabat, tiba-tiba anaknya tercinta Fatimah az Zahra yang pada saat itu telah menikah dengan Ali datang kepada Nabi. Dia meminta dengan sangat kepada ayahnya untuk dapat meminjam seorang pelayan yang dapat membantunya dalam melaksanakan tugas pekerjaan rumah. Dengan tubuhnya yang kecil dan kesehatannya yang buruk, dia tidak dapat melaksanakan tugas menggiling jagung dan mengambil air dari sumur yang jauh letaknya, disamping juga harus merawat anak-anaknya.
Nabi tampak terharu mendengar permohonan si anak, beliau menjadi gugup  dengan menekan perasaan, beliau berkata, “ Anakku tersayang, aku tak dapat meluangkan seorang pun diantara mereka yang terlibat dalam pengabdian ~Ashab al-Suffa~ , sudah semestinya kau dapat menanggung segala hal yang berat didunia ini, agar kau mendapat pahalanya di akhirat nanti”. Fatimah mengundurkan diri dengan rasa yang amat puas karena jawaban Nabi, dan dia tidak pernah lagi mencari pelayan selama hidupnya.
Pasangan suami istri Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az Zahra memang sangat terkenal dermawan dan shalih. Fatimah   dianugerahi 5 orang anak yang terdiri dari 3 putra dan 2 putri. Mereka tidak pernah membiarkan pengemis melangkah pintunya tanpa memberikan apa saja yang mereka miliki, meskipun mereka sendiri masih lapar. Suatu ketika Salman sahabat Nabi membawa orang yang baru masuk Islam untuk mengunjungi beberapa rumah, tetapi tidak seorang pun yang dapat memberinya makan, karena waktu itu bukan waktu orang makan. Akhirnya Salman pergi ke rumah Fatimah. Salman memberitahu maksud kunjungannya. Dengan air mata berlinang, putri Nabi mengatakan bahwa dirumahnya tidak ada makanan sejak 3 hari yang lalu, namun putri Nabi tersebut enggan menolak seorang tamu, kemudian Fatimah berkata, “ Saya tidak dapat menolak seorang tamu yang lapar tanpa memberinya makan sampai kenyang”. Fatimah lalu memberi kain kerudung kepada Salman, dengan permintaan agar Salman membawanya ke Shamoon, seorang Yahudi untuk ditukar dengan gandum. Akhirnya Salman kembali ke rumah Fatimah dengan membawa gandum ditangannya. Fatimah menggiling gandum itu sendiri dan membakarnya menjadi roti. Salman menyarankan agar Fatimah menyisihkan beberapa buah roti untuk anak-anaknya yang kelaparan, tapi Fatimah menjawab bahwa dirinya tidak berhak untuk berbuat demikian, karena ia telah memberikan kain kerudungnya itu untuk kepentingan Allah.
  Kelembutan hati, keteladanan Fatimah memang sangat mirip sekali dengan ayahnya. Sebagai anak yang Shalihah, Fatimah merawat luka Nabi sepulang dari Perang Uhud. Fatimah juga ikut bersama Nabi ketika merebut  Makkah, begitu juga ketika Nabi melaksanakan Haji Waqad, pada akhir tahun 11 Hijrah.  Dalam perjalanan haji terakhir ini Nabi jatuh sakit. Fatimah tetap mendampingi beliau disisi tempat tidur. Ketika Nabi membisikkan sesuatu pada telinga Fatimah, Fatimah menangis, dan kemudian Nabi membisikkan seauatu lagi yang membuat Fatimah tersenyum. Setelah Nabi wafat, Fatimah menceritakan kepada Aisyah, ayahnya membisikkan berita kematiannya, itulah yang menyebabkan Fatimah menangis, tapi ketika Nabi mengatakan bahwa Fatimahlah orang pertama yang berkumpul dengannya di alam baka, maka Fatimah menjadi bahagia dan itulah yang membuatnya tersenyum.
Tidak lama setelah Nabi wafat, Fatimah meninggal dunia dalam tahun itu juga, yakni enam bulan setelah Nabi wafat. Fatimah meninggal dunia dalam usia 28 tahun dan dimakamkan oleh Ali di Jaatul Baqih ( Madinah). Fatimah menjadi symbol segala yang suci dalam diri wanita dan pada konsepsi manusia yang paling mulia. Nabi sendiri menyatakan bahwa Fatimah akan menjadi “ Ratu segenap wanita yang berada di Surga”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar